Anggota KPU RI, August Mellaz Hadiri Penutupan Acara Creating For Impact Yayasan Beneran Indonesia

Sabtu, 3 Juni 2023 lalu menjadi momen yang ditunggu-tunggu bagi para peserta acara Creating For Impact (CFI): Voters Education. Pasalnya di sesi penutupan yang sekaligus graduation tersebut, Beneran Indonesia mengumumkan video terbaik karya para peserta. Yang tidak kalah istimewa, di pertemuan terakhir yang bertempat di Perpustakaan Nasional RI ini, Beneran Indonesia mengundang anggota KPU RI, August Mellaz sebagai narasumber acara. 

August Mellaz menyatakan proses yang telah dilalui para peserta dalam mengikuti kegiatan CFI ini merupakan bagian dari kontribusi yang dapat dilakukan generasi muda. Mengingat proporsi pemilih usia muda dalam perhelatan pemilu tahun depan mencapai lebih dari separuh jumlah total pemilih, August Mellaz menyebut pentingnya partisipasi dari kalangan ini. Para peserta juga diajak untuk memeriksa apakah namanya sudah terdaftar sebagai pemilih tetap.

Meskipun mengusung tema utama yang sama, yakni edukasi kepemiluan, para peserta menampilkan perspektif yang berbeda mengenai isu ini. Karya terbaik pertama diraih oleh Adventhius Immanuel Karo-Karo yang mengemukakan alasan pentingnya partisipasi generasi muda dalam pemilu melalui videonya. 

Karya terbaik kedua jatuh kepada Radysti Devania dan Kinanti Putri yang mengajak masyarakat untuk cermat terhadap informasi yang diperoleh, termasuk konten seputar pemilu dan memanfaatkan penggunaan situs pengecekan hoaks. Sedangkan karya terbaik ketiga diperoleh Fadhillah Amalia yang dalam videonya menerangkan durasi kampanye pemilu 2024 yang lebih singkat sehingga berpengaruh pada anggaran logistik menjadi lebih efisien.

Di samping menjadi tempat belajar, acara CFI juga mendorong para peserta untuk mengembangkan diri menggunakan cara yang relevan bagi mereka, yakni menciptakan karya kreatif berupa video edukasi dengan tema kepemiluan. Karya ini kemudian dipublikasikan di platform media sosial masing-masing sehingga memberikan dampak yang lebih luas di masyarakat. 

Beneran Indonesia memandang kontribusi generasi muda untuk Indonesia bisa berawal dari mimpi yang mereka miliki. Oleh sebab itu, di acara ini, para peserta juga diajak untuk menuliskan apa impiannya untuk negeri ini di kartu my Indonesian dream

Acara Creating For Impact menjadi pembuka dari rangkaian kegiatan dengan tema Voters Education yang tengah dijalankan Beneran Indonesia di tahun ini. Program Voters Education merupakan bentuk dukungan Beneran Indonesia dalam mengupayakan pendidikan pemilu bagi pemilih pemula dan pemilih muda. Kegiatan selanjutnya yang akan dilaksanakan Beneran Indonesia adalah Meet Up Sabi dengan tema public speaking pada 17 Juni 2023 mendatang.

Tentang Yayasan Bela Negara Nasional Indonesia (Beneran Indonesia)

Beneran Indonesia merupakan yayasan yang bergerak di bidang pendidikan karakter dan kewarganegaraan melalui metode experiential learning. Yayasan ini hadir sebagai bentuk kepedulian atas kondisi masyarakat yang semakin terkotak-kotak, mudah dipengaruhi paham radikalisme, dan kurang memahami bagaimana caranya menjadi bagian dari solusi untuk bangsanya.

Jakarta, 9 Juni 2023
Partnership Coordinator Yayasan Beneran Indonesia

Nisa Amalina

Bawaslu DKI Jakarta dan Generasi Melek Politik Meriahkan Pembukaan “Creating For Impact: Voters Education” Yayasan Beneran Indonesia

Jakarta, 6 Mei 2023 – Pembukaan acara Creating For Impact: Voters Education yang digagas Yayasan Bela Negara Nasional Indonesia (Beneran Indonesia), telah terlaksana secara meriah pada Sabtu, 6 Mei 2023 lalu di Perpustakaan Nasional RI. Tak hanya dihadiri oleh pelajar tingkat SMA/sederajat dan mahasiswa dari berbagai sekolah dan universitas di Jakarta dan sekitarnya, kegiatan ini juga diikuti oleh peserta dari daerah lainnya secara daring melalui aplikasi Zoom. Total sebanyak 130 orang mengikuti jalannya acara ini.

Acara dibuka dengan menayangkan video sambutan dari anggota KPU RI, August Mellaz, yang mengapresiasi kegiatan Creating For Impact yang diselenggarakan oleh Beneran Indonesia ini. Hadir sebagai moderator acara, Avia Destimianti, yang juga merupakan co-founder dari Beneran Indonesia, memandu jalannya sesi talkshow. 

Pada pembukaan Creating For Impact: Voters Education ini,  Beneran Indonesia mengundang narasumber yang berkompeten di bidangnya, antara lain Mahyudin, S.H. M.H., selaku anggota Bawaslu DKI Jakarta yang menjabat sebagai Koordinator Divisi Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu, serta Neildeva Despendya, selaku Direktur Eksekutif Generasi Melek Politik.

Di sesi pembukaan Creating For Impact ini, para narasumber berbagi cerita mengenai pengalaman pertama mereka dalam mengikuti pemilihan umum dan menyampaikan pentingnya suara para pemilih, khususnya para peserta sebagai generasi muda, dalam menentukan nasib bangsa dan negara Indonesia di masa depan. Para peserta juga diajak untuk melakukan polling mengenai keikutsertaan mereka dalam pemilu 2024 mendatang.

Creating For Impact pertemuan kedua dilaksanakan pada Sabtu, 13 Mei 2023 pukul 10.00 WIB secara daring melalui aplikasi Zoom yang akan diisi oleh narasumber dari Mafindo (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) dan Posnu (Poros Sahabat Nusantara). Rangkaian kegiatan Creating For Impact: Voters Education ini berlangsung secara hybrid sampai tanggal 3 Juni 2023 mendatang.

Tentang Yayasan Bela Negara Nasional Indonesia (Beneran Indonesia)

Beneran Indonesia merupakan yayasan yang bergerak di bidang pendidikan karakter dan kewarganegaraan melalui metode experiential learning. Yayasan ini hadir sebagai bentuk kepedulian atas kondisi masyarakat yang semakin terkotak-kotak, mudah dipengaruhi paham radikalisme, dan kurang memahami bagaimana caranya menjadi bagian dari solusi untuk bangsanya.

Jakarta, 13 Mei 2023

Partnership Coordinator Yayasan Beneran Indonesia

Nisa Amalina

Sambut Pemilu 2024, Beneran Indonesia Ajak Pemilih Pemula Belajar Kepemiluan Melalui “Creating For Impact: Voters Education”

Jakarta, 4 Mei 2023

Menyambut pesta demokrasi pada tahun 2024 mendatang, Yayasan Bela Negara Nasional Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Beneran Indonesia, akan mengadakan kegiatan edukasi bagi pemilih pemula melalui kegiatan Creating For Impact bertajuk “Pemilih Pemula Peduli Pemilu”. Program ini merupakan rangkaian acara yang terdiri atas enam kali pertemuan dengan agenda talkshow, kelas online interaktif, dan kompetisi pembuatan video. Acara ini akan dihadiri oleh sejumlah narasumber dari berbagai lembaga dan organisasi, di antaranya Siberkreasi Kominfo, Bawaslu DKI Jakarta, KPU RI, Poros Sahabat Nusantara, MAFINDO, dan Generasi Melek Politik.

Acara ini diselenggarakan secara hybrid. Peserta yang merupakan siswa SMA/sederajat maupun mahasiswa/i dapat menghadiri pembukaan dan penutupan acara yang akan digelar secara offline di gedung Perpustakaan Nasional RI. Sementara itu, peserta yang berasal dari luar Jakarta, dapat turut mengikuti pembukaan dan penutupan acara melalui aplikasi Zoom.

Creating For Impact merupakan program dari Beneran Indonesia yang berupa rangkaian pembelajaran mengenai isu sosial yang dapat menjadi tempat belajar, mengembangkan diri, dan menciptakan karya yang berdampak positif bagi komunitas dan lingkungan. Tahun lalu, kegiatan Creating For Impact telah dilaksanakan bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Rangkaian kegiatan Creating For Impact mendatang akan dilaksanakan pada:

Hari, Tanggal : 6 Mei dan 3 Juni 2023 (offline di Perpustakaan Nasional) dan 13, 17, 20, 27 Mei 2023 (online)

Waktu : Pukul 09.00 – 12.00 WIB

Tempat (offline: Perpustakaan Nasional RI, Jalan Medan Merdeka Selatan no. 11, Gambir, Jakarta Pusat 10110

Peserta      : 100 pelajar SMA/sederajat dan mahasiswa (offline

Peserta akan diajak untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya, khususnya dalam menerima, mengolah, serta menganalisis isu seputar kepemiluan. Tidak hanya itu, mereka juga akan diberikan pembekalan mengenai pembuatan konten video, mulai dari tahap riset, perencanaan, pembuatan, hingga publikasi konten. Peserta dengan karya video terbaik akan diberikan hadiah.  

Melalui kegiatan ini, diharapkan generasi muda dapat berpartisipasi menggunakan hak suaranya secara aktif, penuh pertimbangan, dan bijaksana di perhelatan pemilu 2024 mendatang. Selain itu, mereka juga dapat turut berkontribusi memberikan edukasi kepada komunitas dan lingkungan sekelilingnya melalui karya yang dipublikasikan di media sosialnya. 

___

Beneran Indonesia merupakan yayasan yang bergerak di bidang pendidikan karakter dan kewarganegaraan melalui metode experiential learning. Yayasan ini hadir sebagai bentuk kepedulian atas kondisi masyarakat yang semakin terkotak-kotak, mudah dipengaruhi paham radikalisme, dan kurang memahami bagaimana caranya menjadi bagian dari solusi untuk bangsanya.

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi:

Nisa Amalina

Partnership Coordinator Yayasan Beneran Indonesia
Jl. Cimanuk No. 49A RT 09 RW 01 Kelurahan Cideng, Kecamatan Gambir
Jakarta Pusat 10150

Donasi Cianjur PMI

Tahun 2023 diawali Beneran Indonesia dengan menggalang donasi perlengkapan mandi, buku dan alat tulis kepada korban musibah gempa Cianjur. Sebanyak 60 paket perlengkapan mandi dan 30 paket buku dan ATK dikirimkan Beneran Indonesia melalui PMI Jakarta Selatan. Diharapkan bantuan ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dan memberikan mereka inspirasi agar tidak menyerah dalam mengejar cita-cita.

Ajak Generasi Muda Gotong Royong Tanggap terhadap Bencana, Beneran Indonesia Gandeng Peta Bencana Gelar Service Learning

Jakarta, 21 Maret 2023 – Menghadapi potensi kekeringan dan kebakaran hutan yang diprediksi BNPB dapat terjadi di tahun ini, Yayasan Bela Negara Nasional Indonesia (Beneran Indonesia) berkolaborasi dengan Yayasan Peta Bencana menyelenggarakan edukasi mitigasi bencana melalui program Service Learning bertajuk “Generasi Muda Tanggap Bencana”.

Acara yang turut didukung pula oleh USAID dan BNPB ini dilaksanakan di Museum Kehutanan Ir. Djamaludin Suryohadikusumo pada Selasa, 21 Maret 2023 lalu. Sebanyak 108 peserta dari beragam latar belakang sekolah dan universitas, mengikuti rangkaian acara Service Learning.

Turut hadir koordinator Museum dan Perpustakaan Kehutanan, Bapak Eri Prasodjo Oktariawan, S.H. yang memberikan sambutan pembuka. Acara diawali dengan sesi pengenalan museum yang berlokasi di kawasan kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ini melalui tur museum dan menyaksikan berbagai video edukatif suguhan Museum Kehutanan. Tak ketinggalan, ada juga sesi Beneran Race di mana peserta diajak berpetualang menjelajahi museum sekaligus menjawab kuis per kelompok sembari bermain di aplikasi Pusakawan. 

Acara ini juga dilengkapi dengan sesi Creating For Impact, yang memfasilitasi peserta untuk berkolaborasi dan berkontribusi memberikan dampak bagi masyarakat melalui karya kelompok berupa video singkat yang mengangkat isu kekeringan. Di video ini, para peserta juga menjelaskan cara pelaporan bencana melalui BencanaBot di aplikasi Whatsapp yang baru diluncurkan Peta Bencana beberapa waktu lalu. 

Kegiatan ini menjadi upaya Beneran Indonesia untuk menyediakan pembelajaran pendidikan karakter dan kewarganegaraan melalui metode experiential learning yang relevan bagi generasi muda Indonesia. Service Learning Generasi Muda Tanggap Bencana ini menjadi pengantar menuju kegiatan Beneran Indonesia selanjutnya, yakni Creating For Impact pada tanggal 6 Mei sampai 3 Juni 2023 mendatang.  

Tentang Beneran Indonesia

Beneran Indonesia merupakan organisasi nirlaba yang memberdayakan pemuda untuk menciptakan dampak melalui pendidikan karakter dan kewarganegaraan. Yayasan ini hadir sebagai bentuk kepedulian atas kondisi masyarakat yang semakin terkotak-kotak, mudah dipengaruhi paham radikalisme, dan kurang memahami bagaimana caranya menjadi bagian dari solusi untuk bangsanya.

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi:

Nisa Amalina

Partnership Coordinator Yayasan Beneran Indonesia

Jl. Cimanuk No. 49A RT 09 RW 01 Kelurahan Cideng, Kecamatan Gambir

Jakarta Pusat 10150

Beneran Indonesia Gelar Meet Up Sabi Bekerja Sama dengan Sinematografi UI dan Studio Aku Siap

Jakarta, 4 Februari 2023 – Yayasan Bela Negara Nasional Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Beneran Indonesia kembali mengadakan “Meet Up Sabi”, pertemuan anggota komunitas Sahabat Beni, yang bertempat di Aula Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin Taman Ismail Marzuki pada Sabtu pekan lalu (4/2).  

Berkolaborasi dengan unit kegiatan Sinematografi Universitas Indonesia dan Studio Aku Siap, acara ini diisi dengan nonton bareng film pendek “Lalu”. Sebanyak 40 orang peserta yang sebagian besar merupakan mahasiswa dari berbagai universitas di Jabodetabek hingga Bandung dan Yogyakarta, antusias mengikuti jalannya acara. 

Peserta berkesempatan melakukan sesi diskusi dan tanya jawab langsung dengan sutradara, produser maupun pengarah fotografi film “Lalu”, serta kru Sinematografi UI. Acara ini ditutup dengan sesi permainan edukatif yang mengangkat tema karakter dan kewarganegaraan yang dikemas dengan menarik dan relevan dengan para peserta.

Kegiatan ini adalah bagian dari upaya Beneran Indonesia untuk menyediakan ruang perjumpaan  yang memfasilitasi aktivitas positif dan kolaborasi berkelanjutan di kalangan anak muda Indonesia, khususnya para anggota komunitas Sahabat Beni. Acara Meet Up Sabi sebelumnya dilaksanakan di Museum Sumpah Pemuda pada awal Oktober tahun lalu.  

Tentang Beneran Indonesia

Beneran Indonesia merupakan organisasi nirlaba yang memberdayakan pemuda untuk menciptakan dampak melalui pendidikan karakter dan kewarganegaraan. Yayasan ini hadir sebagai bentuk kepedulian atas kondisi masyarakat yang semakin terkotak-kotak, mudah dipengaruhi paham radikalisme, dan kurang memahami bagaimana caranya menjadi bagian dari solusi untuk bangsanya.

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi:

Nisa Amalina

Partnership Coordinator Yayasan Beneran Indonesia

Jl. Cimanuk No. 49A RT 09 RW 01 Kelurahan Cideng, Kecamatan Gambir

Jakarta Pusat 10150

Beneran Indonesia & Peta Bencana Jalin Kolaborasi Edukasi Mitigasi Bencana melalui “Service Learning” Didukung oleh USAID dan BNPB

Poster SL di Instagram

Yayasan Bela Negara Nasional Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Beneran Indonesia, akan mengadakan kegiatan belajar kewarganegaraan bagi pelajar SMA dan mahasiswa melalui kegiatan Service Learning bertajuk “Generasi Muda Tanggap Bencana” yang bertempat di Museum Kehutanan Manggala Wanabakti pada Selasa, 21 Maret 2023. Di tengah berbagai fenomena bencana alam akhir-akhir ini, kegiatan ini menjadi upaya Beneran Indonesia dan Peta Bencana untuk memberikan edukasi mitigasi bencana kepada para generasi muda, sekaligus memperlengkapi peserta untuk menjadi generasi kontributif dan cakap berkolaborasi.

Service Learning merupakan program rutin yang diselenggarakan oleh Beneran Indonesia.  Sebelumnya, kegiatan Service Learning telah dilaksanakan di beberapa lokasi lainnya di Jakarta di antaranya Palang Merah Indonesia dan Museum Bahari Jakarta. Kegiatan Service Learning mendatang akan dilaksanakan pada:

Tanggal     : Selasa, 21 Maret 2023

Pukul         : 09.00 – 16.00 WIB

Lokasi       : Museum Kehutanan Manggala Wanabakti Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta 10270

Peserta      : 100 pelajar SMA/sederajat dan mahasiswa

Peserta akan diajak untuk menjelajahi museum, menyaksikan video edukasi, bermain permainan edukatif yang relevan, serta menghasilkan karya yang informatif dan berdampak positif bagi lingkungannya. Beneran Indonesia berharap acara yang akan dihadiri oleh peserta dari berbagai perwakilan sekolah dan universitas yang beragam ini menjadi “ruang perjumpaan” di tengah segregasi yang terjadi di lembaga pendidikan.


Beneran Indonesia merupakan yayasan yang bergerak di bidang pendidikan karakter dan kewarganegaraan melalui metode experiential learning. Yayasan ini hadir sebagai bentuk kepedulian atas kondisi masyarakat yang semakin terkotak-kotak, mudah dipengaruhi paham radikalisme, dan kurang memahami bagaimana caranya menjadi bagian dari solusi untuk bangsanya.

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi:

Nisa Amalina

Partnership Coordinator Yayasan Beneran Indonesia

Jl. Cimanuk No. 49A RT 09 RW 01 Kelurahan Cideng, Kecamatan Gambir

Jakarta Pusat 10150

Meneladani Azmi Abubakar, Sosok berdarah Aceh Pemelihara Sejarah Tionghoa

Sahabat Beni, kali ini Min-Beni mengajak kamu berkenalan dengan seorang Indonesia yang sangat peduli dengan kekayaan kebhinnekaan bangsanya. 

Beliau bernama Bapak Azmi Abubakar, yang berkontribusi aktif dengan ikut melestarikan arsip dan bukti-bukti sejarah dari masa lalu. Coba tebak, beliau berasal darimana dan bagaimana caranya berkontribusi? 

Orang-orang mengatakan bahwa beliau adalah orang Aceh yang sangat Tionghoa dibandingkan orang Tionghoa itu sendiri.Ya, beliau sangat unik. Beliau lahir dengan darah Gayo, Aceh yang mengalir di tubuhnya, namun memilih berkontribusi dengan membangun sebuah museum yang menyimpan arsip budaya etnis Tionghoa.

Kontribusinya tersebut berawal dari dirinya melihat langsung peristiwa besar yang cukup berdampak kepada etnis Tionghoa pada tahun 1998 silam. Pada peristiwa tersebut, selain orang Tionghoa yang didiskriminasi, dokumen-dokumen mengenai etnis Tionghoa juga turut dimusnahkan.

Pak Azmi Abubakar tergerak membangun museum Peranakan Tionghoa itu agar masyarakat luas mengetahui jejak kontribusi etnis Tionghoa di Indonesia. Ya, harapannya museum ini akan membantu kita untuk mengenal lebih dalam etnis Tionghoa, sehingga tidak ada lagi stigma mereka bukan non-pribumi. 

Museum Pustaka Peranakan Tionghoa  menyimpan koleksi buku-buku, majalah, koran, foto yang diproduksi oleh orang-orang Tionghoa sebelum dan sesudah kemerdekaan.  

Mengenai kontribusi Pak Azmi Abubakar dan penampakan museum beliau, teman-teman pasti banyak temukan dari berbagai sumber website dan Youtube. Jadi, artikel ini tidak akan jauh ke arah itu. 

Untuk melihat video wawancara Pak Azmi Abubakar dan museumnya, klik di sini, ya!

Min-Beni ingin mengajak kamu lebih mengenal karakter beliau untuk dapat diteladani oleh para milenial Sahabat Beni. Dari Pak Azmi Abubakar, para Sabi akan melihat beberapa nilai positif yang menginspirasi, sehingga ada keinginan untuk berkontribusi kepada Indonesia sesuai dengan skill dan potensi yang dimiliki masing-masing. Harapannya sih, begitu ya. Hehe.   

Kesadaran Sebagai Sesama Bagian dari Indonesia

Pak Azmi Abubakar benar-benar menyadari bahwa Indonesia sangat kaya dengan keberagaman. Keberagaman tersebut dapat menjadi malapetaka apabila tidak dikelola dengan saling mengenal satu sama lain. 

Itulah yang disaksikan olehnya pada Tahun 1998 lalu. Kesalahpahaman dan saling curiga membuat etnis Tionghoa didiskriminasi dan menjadi golongan yang paling berdampak. 

Pak Azmi Abubakar memandang bahwa etnis Tionghoa sebagai bagian dari Bangsa Indonesia yang turut berkontribusi bagi Indonesia. Bagi Pak Azmi Abubakar, Etnis Tionghoa banyak berkontribusi namun menjadi terlupakan karena stigma terhadap mereka. 

Pandangannya tersebut ia wujudkan dengan mengumpulkan sedikit demi sedikit arsip-arsip bukti kontribusi etnis Tionghoa. Berangsur-angsur, arsip-arsip tersebut terkumpul dan menjadi salah satu koleksi etnis Tionghoa yang paling lengkap di Indonesia.

Berani Berkorban dengan Semangat Cinta Indonesia

Pak Azmi Abubakar prihatin dengan minimnya sumber-sumber sejarah yang menjelaskan kontribusi Tionghoa di Indonesia. Peristiwa tahun ’98 menjadi titik perenungan Pak Azmi Abubakar untuk melakukan sesuatu. 

Ia mulai mengumpulkan koleksi sejarah etnis Tionghoa sejak tahun 1999. Pada tahun 2011, ia mengambil keputusan besar, yakni mengalokasikan pendapatannya untuk membangun sebuah museum dibandingkan mengembangkan bisnis. 

Pengorbanan beliau tidak didasari dengan mencari keuntungan, bahkan menolak bantuan yang ditawarkan oleh pihak lain. Beliau berkontribusi karena kepeduliannya dengan etnis Tionghoa yang seharusnya diingat menjadi bagian dari Indonesia.

Pak Azmi Abubakar melalui kontribusinya menunjukkan bahwa sebagai salah satu bagian dari Indonesia harus menjunjung tinggi Bangsa Indonesia dengan melestarikan budaya yang ada di Indonesia, meskipun bukan merupakan budayanya sendiri.

Pak Azmi Abubakar telah berani mengambil langkah besar, membangun museum dan bertanggungjawab atas pemeliharaan koleksi yang ada dalam museumnya tersebut. 

Seperti tujuan awal ia dibangun, museum ini diharapkan menjadi sumber informasi etnis Tionghoa bagi masyarakat luas. 

Pak Azmi Abubakar membuat museum ini tidak terikat dengan siapapun. Siapapun yang tertarik boleh datang asalkan menjaga arsip yang ada di dalamnya. Ia menggarisbawahi bahwa museum ini adalah harta dan bentuk dedikasinya kepada Indonesia.

Sahabat Beni, sejauh ini apa yang telah kamu lakukan untuk Indonesia? Apakah kamu sudah melakukan sesuatu? Ya…. Ga mesti bikin museum juga, tapi dampak dari tindakan-tindakan kecil yang kamu lakukan sangat berarti menjaga kesatuan Indonesia, lho…

Contohnya, apakah kamu memiliki teman yang berasal dari luar etnismu sendiri? Apakah kalian sudah saling bertukar cerita? Apakah kamu sudah tahu hal-hal penting yang menjadi bagian dari etnisnya? Apakah kamu merasa hal penting itu patut dilestarikan? 

Bagikan pendapatmu di bawah, ya!

Mengenal Kekerasan Seksual

Sahabat Beni, mungkin kalian tidak asing dengan istilah yang satu ini. Istilah “kekerasan seksual” yang sering kita temukan dan dengarkan dari berbagai platform beberapa tahun terakhir. Beberapa di antaranya adalah NWR yang bunuh diri karena menjadi korban kekerasan seksual oleh pacarnya, dan kasus HW yang dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman seumur hidup pada 15 Februari lalu.

Masih banyak sekali contoh berita mengenai kekerasan seksual yang kita temukan sehari-hari. Namun, apakah para Sahabat Beni sudah mengetahui apa sebenarnya kekerasan seksual itu? Pembahasan kali ini akan mencoba mendefinisikan kekerasan seksual, dampak dan bagaimana kita menyikapinya.

Kekerasan Seksual itu apa, sih?

Menurut WHO (World Health Organization), kekerasan seksual adalah seluruh tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan tujuan seksual; komentar atau rayuan seksual yang tidak diinginkan; atau tindakan yang memperdagangkan atau cara lainnya terhadap seksualitas seseorang menggunakan paksaan oleh siapapun tanpa memandang hubungannya dengan korban (WHO, 2017).

Menurut Komnas Perempuan, kekerasan seksual adalah setiap perbuatan merendahkan, menghina, menyerang dan/atau tindakan lainnya terhadap tubuh terkait dengan nafsu perkelaminan, hasrat seksual seseorang, dan/atau fungsi reproduksi, secara paksa, bertentangan dengan kehendak seseorang, dan/atau tindakan lain yang menyebabkan seseorang itu tidak mampu memberikan persetujuan dalam keadaan bebas, karena ketimpangan relasi kuasa, relasi gender dan/atau sebab lain, yang berakibat atau dapat berakibat penderitaan atau kesengsaraan terhadap secara fisik, psikis, seksual, kerugian secara ekonomi, sosial, budaya dan/atau politik. 

Waduh, kalau soal perdefinisian begini ternyata lumayan sulit dimengerti juga ya, Sahabat Beni. Yaudah deh, jangan nge-ghosting dulu (kayak si dia), Sahabat Beni. Min-Beni coba jelaskan lebih singkat dan mudah dimengerti, ya…

Singkatnya, kekerasan seksual adalah tindakan seksual yang dilakukan tanpa persetujuan kedua belah pihak. Oleh karena tidak berdasarkan persetujuan, pastinya ada unsur pemaksaan dan relasi kuasa yang dilakukan secara sepihak dan menyerang pihak lain.

Akhirnya, tindakan pemaksaan tersebut akan merugikan salah satu pihak (dalam hal ini adalah korban), baik rugi secara material, imaterial, fisik, psikis dan lainnya.

Adapun jenis-jenis kekerasan seksual dibagi menjadi 15 bentuk, yaitu: pelecehan seksual, eksploitasi seksual, perbudakan seksual, intimidasi seksual, penghukuman bernuansa seksual, penyiksaan seksual, perkosaan, pemaksaan kehamilan, praktik tradisi, pemaksaan kontrasepsi, prostitusi paksa, pemaksaan aborsi dan kontrol seksual. Selengkapnya dapat di cek di sini!

Dari 15 bentuk kekerasan seksual di atas, perkosaan adalah jenis kekerasan seksual yang sering kita dengar dari berbagai media. Padahal, sebenarnya banyak sekali contoh tindakan kekerasan seksual yang sering kita temui di lingkungan sekitar kita. 

Seperti kita digodain sama segerombolan laki-laki ketika berjalan sendirian ke warung, atau percakapan yang mengarah ke arah seksual yang bikin kita ga nyaman dalam circle pertemanan kita. Termasuk juga ketika foto kita dikomentari dengan komentar yang tidak pantas di media sosial.  

Contoh-contoh kecil yang masih sering kita temukan di lingkungan sekitar kita menunjukkan bahwa kekerasan seksual sangat banyak terjadi, dan semua orang berpotensi menjadi pelaku dan korban.

Indonesia Darurat Kekerasan Seksual

Dikutip dari pernyataan Komnas Perempuan di Kompas.com pada 12 Januari 2022 lalu, sebanyak 3 perempuan Indonesia mengalami kekerasan seksual setiap 2 jam setiap harinya. Pernyataan tersebut berdasarkan laporan yang terus meningkat diterima oleh Komnas Perempuan sejak tahun 2019 hingga saat ini.

Sangat mengkhawatirkan, ya, Sahabat Beni. Min Beni yakin, kasus yang tidak terlapor tentu tidak kalah banyaknya. Ditambah lagi, mayoritas korban kekerasan seksual adalah anak-anak dan perempuan. 

Dua kelompok rentan ini (red: perempuan dan anak-anak) sering menjadi korban kekerasan seksual karena dianggap lemah dan mudah dimanipulasi. Meskipun tidak semua, namun begitulah realita yang sering terjadi.

Min Beni dalam Menanggapi Kekerasan Seksual

Menurut Min Beni, kekerasan seksual merupakan perbuatan yang sangat merugikan korban. Korban kekerasan seksual di antaranya dapat mengalami trauma secara seksual, gangguan fungsi reproduksi, luka secara fisik, stigma dalam masyarakat hingga trauma berkepanjangan (mappifhui.org).

Akibat dari kekerasan seksual ini tentu saja menjadi penghambat korbannya untuk menjalani kehidupannya dengan baik. Bisa jadi mereka mengurung diri di kamar karena takut keluar rumah, mereka berkeinginan menyakiti diri sendiri bahkan bunuh diri karena merasa malu dengan dirinya sendiri, dan tindakan buruk lainnya. 

Dampak traumatis tersebut tentunya berimbas terhadap keterlibatan aktif mereka di lingkungan sekitarnya. Mereka tidak ingin sekolah, tidak ingin bergabung kegiatan ekstrakurikuler, atau bahkan tidak memiliki keinginan untuk bertemu dengan orang lain.

Akhirnya, mereka tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensi mereka atau bahkan mengubur impian mereka dalam-dalam karena trauma yang mereka rasakan.  

 Menyedihkan, bukan? 

Di samping itu, pelaku kekerasan seksual adalah orang-orang yang tidak menghormati hak asasi sesamanya. Sebagai manusia dan warga negara, ia seharusnya memiliki kesadaran penuh untuk menjaga harkat martabat dirinya sendiri dan orang lain. 

Melakukan tindakan-tindakan yang merugikan dan menyakiti orang lain merupakan salah satu contoh bahwa pelaku kekerasan seksual adalah orang-orang yang tidak bertanggungjawab.

Oleh karena itu, sebagai warga negara, pelaku kekerasan seksual berhak dihukum karena perbuatannya tersebut. Sahabat Beni jangan sampai jadi pelaku atau korban kekerasan seksual, ya! 

Pengentasan Kekerasan Seksual Harus dilakukan oleh Kita Semua

Tentu saja dalam pengentasan permasalahan ini pemerintah dan berbagai pihak lainnya sudah melakukan banyak hal. Namun, semua masalah akan segera selesai apabila adanya saling dukung dan bekerjasama oleh berbagai pihak. Baik pemerintah dan kita sebagai pelajar perlu terlibat aktif agar kekerasan seksual tidak lagi terjadi dan menimpa kita semua.

Pemerintah pastinya semakin memperbaiki regulasi agar dapat memberikan perlindungan hukum yang baik untuk korban kekerasan seksual, sedangkan pelaku harus ditindak tegas dengan memberikan hukuman yang adil dan setimpal.

Sebagai warga negara, kita harus turut andil untuk mengatasi masalah ini. Kita dapat melakukan hal-hal kecil terlebih dahulu. Ingat, Sahabat Beni. Hal-hal yang besar lahir dari hal-hal yang kecil. 

Sebagai pelajar, kita harus berpegang teguh dengan nilai bahwa semua orang berhak merasakan keamanan dan bebas dari ketakutan dan ancaman. Kita juga harus memahami, bahwa apapun tindakan kita harus dilandasi dengan penghormatan dan tanggungjawab atas diri sendiri dan orang lain.

Semoga hal-hal buruk tidak menimpa Sahabat Beni dimana pun berada, ya!

Merayakan Valentine’s Day Ala Milenial Beneran Indonesia

14 Februari 2022

Tentu kita semua tidak asing dengan Valentine’s day atau disebut sebagai Hari Kasih Sayang. Peringatan hari yang identik dengan memberikan hadiah kepada orang yang disayang, a.k.a teman dekat, pacar, gebetan, si “pengagum rahasia” kepada sosok yang dikaguminya, dan seterusnya. Hadiah yang diberikan biasanya berupa makanan coklat, bunga, dan pemberian hadiah bernuansa romantis lainnya. 

Di Indonesia, selain dirayakan, valentine’s day juga masih sering menjadi perbincangan kontroversial. Di beberapa daerah juga ditemukan pelarangan untuk merayakannya, seperti Aceh, Jawa Barat, Gresik, dan beberapa daerah lainnya mengeluarkan surat larangan resmi terkait pelarangan dirayakannya valentine’s day.

Pelarangan merayakan Valentine’s day sebenarnya bukan hal baru di Indonesia. Dilatarbelakangi dengan penggunaan istilah bahasa asing, tentu saja Valentine’s day dipandang bukan termasuk budaya Indonesia. Istilah asing pun berujung kepada stigma lain, seperti perayaan yang mengarah kepada pergaulan bebas, perzinaan dan berbagai dugaan lainnya.

Namun, terlepas dari perbincangan pro dan kontra, artikel Benipedia kali ini akan menjelaskan beberapa tradisi di Indonesia yang memiliki kesamaan dengan perayaan valentine’s day; Kesamaan dalam mengekspresikan kasih-sayang dengan saling memberi satu sama lain.

Tradisi Saling Memberi Sebagai Ekspresi Kasih Sayang di Indonesia

Para Sabi tahu nggak, kalau tradisi saling memberi dan berbagi adalah tradisi yang tertanam kuat dalam budaya masyarakat Indonesia? Bagaimana tidak, yuk kita simak penjelasannya! 

Para Sabi pernah gak ketika bulan Ramadhan, dimintai tolong oleh Ibu untuk mengantarkan makanan ke tetangga sebelah rumah? Jika pernah, kita sama. Min-blog Beni juga pernah nih, nganterin makanan, lalu ketika perjalanan pulang makanannya dicuil dikiiitt, hihi. Lalu sampai rumah ngakunya masih puasa, hehe. Jangan ditiru, ya Sahabat Beni.

Nah, jika para Sabi belum pernah mengalami, para Sabi bisa nonton drama Korea judulnya Reply 1988, biar ngerasain vibe nganterin makanan ke tetangga kayak apa, hihi…

Tradisi saling berbagi makanan ini ternyata tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia, loh, para Sabi. Sebut saja tradisi Ngejot di Bali, Nganteuran di masyarakat Sunda, Munjung di Jawa Barat dan Jawa Tengah, dan tradisi Weh-wehan di Kaliwungu, Kendal 

Tradisi Ngejot di Bali berupa tradisi saling mengantar makanan di hari perayaan keagamaan masyarakat setempat. Seperti para Sabi ketahui, Provinsi Bali memiliki mayoritas penduduk beragama Hindu. Namun demikian, mereka memiliki tradisi Ngejot untuk menjalin persaudaraan dengan tetangganya yang tidak beragama Hindu. 

Tradisi Ngejot dilakukan secara bergantian sesuai dengan hari perayaan keagamaan penduduk setempat. Umat hindu melakukan tradisi Ngejot ketika hari raya Nyepi, Galungan, dan Kuningan. Umat Islam di Bali melakukannya pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, dan umat Kristen melakukannya pada hari raya Natal. Indah sekali, bukan? 

Tradisi Ngejot ini menunjukkan bahwa tradisi saling memberi menjadi salah satu upaya untuk merawat harmoni persaudaraan dan kerukunan antar umat beragama. Meskipun berbeda agama dan kepercayaan, mereka tetap dapat saling berbagi dan memberi satu sama lain.  

Begitu pula dengan tradisi Nganteuran di suku Sunda. Tradisi Nganteuran dan Munjung berupa tradisi saling mengunjungi sambil menghantar makanan ke rumah tetangga dan saudara. Tradisi ini biasanya dilakukan di akhir bulan Ramadan. 

Ketika sore di hari akhir Bulan Ramadan, masyarakat setempat mengunjungi rumah tetangga dan kerabat, dan membawa hidangan seperti ketupat, opor ayam dan sejenisnya. Kemudian ketika mereka pulang, mereka akan dibekali hidangan yang dimasak oleh penghuni rumah yang dikunjungi tersebut.

Tradisi Weh-wehan juga hampir sama, yakni tradisi saling bertukar makanan di Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah. Perbedaannya terletak pada waktu pelaksanaannya. Tradisi Weh-wehan dilakukan ketika perayaan maulid Nabi Muhammad saw. 

 Di samping itu, para Sabi tentunya tidak asing lagi dengan perayaan hari besar di Indonesia yang juga dihiasi dengan tradisi saling memberi satu sama lain. Hari raya Idul Fitri, Imlek, Natal, perayaan pernikahan, dan kematian dihiasi dengan saling memberi hadiah dalam bentuk yang beragam.

Saling beri THR (Tunjangan Hari Raya) ketika Idul Fitri datang, memberi Angpao ketika Imlek, saling memberi kado di hari Natal, dan pada kesempatan lainnya. Di era digital ini, kita pastinya sangat akrab dengan saling memberi hampers.

Tradisi saling memberi di atas tidak lain adalah perwujudan kepedulian, welas asih, saling melengkapi, menjalin persaudaraan dan tentunya agar mencapai kebersamaan dan kekeluargaan.

Tips Merayakan Valentine’s day 

Begitu pula dengan tradisi Valentine’s day, ia dirayakan untuk menunjukkan rasa kepedulian dan kasih sayang satu sama lain. Tetapi, para Sabi tentu saja memiliki hak masing-masing menentukan apakah ingin ikut merayakan atau tidak. 

Di momen Hari Kasih Sayang ini, Beni akan berbagi tips merayakan Valentine’s day ala Sahabat Beneran Indonesia, nih…Check it out!

  1. Valentine’s day tidak terbatas ngasih kado ke pacar, kok!

Para Sabi yang ingin merayakan hari valentine’s day tapi ga punya pacar? Siapa bilang ga bisa? Merayakan hari valentine bersama keluarga bisa banget loh… Seperti namanya, hari kasih sayang bisa banget diekspresikan kepada keluarga dan orang-orang terdekat lainnya. Selain saling ngasih kado, kalian bisa sekedar berkumpul dan saling mengobrol, bertanya kabar dan bertukar cerita bagaimana perjalanan kita akhir-akhir ini.

Selain itu, melakukan aktivitas bersama, seperti memasak bersama, berkebun atau berbenah rumah bersama bisa banget menjadi pilihan kegiatan di hari kasih sayang. Jadi, tidak hanya terbatas memberikan sesuatu kepada pacar atau gebetan. Hari kasih sayang bisa dijadikan momen untuk berkumpul dan menjalin kembali keeratan kekeluargaan kita.

  1. Hati-hati terjebak ke dalam budaya konsumtif

Min-Beni tahu, kalau para Sabi ingin memberikan kado terbaik untuk mereka yang tersayang. Para Sabi mungkin sudah memikirkan jauh-jauh hari kado apa yang ingin dibelikan untuk mereka. Namun, hati-hati dengan budaya konsumtif yang berlebihan.

Budaya konsumtif ini menjebak kamu banyak membeli sesuatu karena tergiur diskon atau hal lain, padahal kamu membeli barang yang tidak terlalu bermanfaat untuk dirimu. Kamu akhirnya tidak menggunakan barang itu, dan nilai barang itu semakin menurun.

Saat ini, produk tertentu seperti coklat menjadi barang yang paling diminati. Banyak pula diskon diberlakukan agar barang ini semakin laris. Inget, ya Sabi. Sesuatu yang berlebihan tidak pernah berakhir baik. Selain uang sakumu habis sia-sia, juga akan berdampak kepada kesehatan orang yang kamu sayangi. Dia bisa mengalami sakit gigi, atau diabetes karena coklat dari kamu!    

  1. Valentine’s day tidak hanya sebatas memberi coklat!

Para Sabi, merayakan hari Kasih Sayang tidak melulu harus memberikan coklat kepada orang di sekelilingmu. Cobalah beralih memberikan sesuatu sesuai kebutuhan orang yang kamu beri. Selain itu, lebih baik kamu memberikan sesuatu yang berguna dalam kehidupan sehari-harinya. Misalnya jam weker agar si dia disiplin bangun pagi.

  1. Merayakan Valentine’s day dengan peduli masyarakat sekitarmu!  

Para Sabi, sudahkah kamu menyapa tetangga hari ini? Apakah kamu sudah menanyakan kabarnya? Yuk, kita budayakan kembali senyum, salam dan sapa untuk lebih mengenal tetanggamu. Kembali akrab dan tanyakan bagaimana keadaan mereka selama pandemi ini.

Demikian tulisan Benipedia kali ini. Perayaan Valentine’s day versi para Sabi gimana?