Meneladani Azmi Abubakar, Sosok berdarah Aceh Pemelihara Sejarah Tionghoa

Sahabat Beni, kali ini Min-Beni mengajak kamu berkenalan dengan seorang Indonesia yang sangat peduli dengan kekayaan kebhinnekaan bangsanya. 

Beliau bernama Bapak Azmi Abubakar, yang berkontribusi aktif dengan ikut melestarikan arsip dan bukti-bukti sejarah dari masa lalu. Coba tebak, beliau berasal darimana dan bagaimana caranya berkontribusi? 

Orang-orang mengatakan bahwa beliau adalah orang Aceh yang sangat Tionghoa dibandingkan orang Tionghoa itu sendiri.Ya, beliau sangat unik. Beliau lahir dengan darah Gayo, Aceh yang mengalir di tubuhnya, namun memilih berkontribusi dengan membangun sebuah museum yang menyimpan arsip budaya etnis Tionghoa.

Kontribusinya tersebut berawal dari dirinya melihat langsung peristiwa besar yang cukup berdampak kepada etnis Tionghoa pada tahun 1998 silam. Pada peristiwa tersebut, selain orang Tionghoa yang didiskriminasi, dokumen-dokumen mengenai etnis Tionghoa juga turut dimusnahkan.

Pak Azmi Abubakar tergerak membangun museum Peranakan Tionghoa itu agar masyarakat luas mengetahui jejak kontribusi etnis Tionghoa di Indonesia. Ya, harapannya museum ini akan membantu kita untuk mengenal lebih dalam etnis Tionghoa, sehingga tidak ada lagi stigma mereka bukan non-pribumi. 

Museum Pustaka Peranakan Tionghoa  menyimpan koleksi buku-buku, majalah, koran, foto yang diproduksi oleh orang-orang Tionghoa sebelum dan sesudah kemerdekaan.  

Mengenai kontribusi Pak Azmi Abubakar dan penampakan museum beliau, teman-teman pasti banyak temukan dari berbagai sumber website dan Youtube. Jadi, artikel ini tidak akan jauh ke arah itu. 

Untuk melihat video wawancara Pak Azmi Abubakar dan museumnya, klik di sini, ya!

Min-Beni ingin mengajak kamu lebih mengenal karakter beliau untuk dapat diteladani oleh para milenial Sahabat Beni. Dari Pak Azmi Abubakar, para Sabi akan melihat beberapa nilai positif yang menginspirasi, sehingga ada keinginan untuk berkontribusi kepada Indonesia sesuai dengan skill dan potensi yang dimiliki masing-masing. Harapannya sih, begitu ya. Hehe.   

Kesadaran Sebagai Sesama Bagian dari Indonesia

Pak Azmi Abubakar benar-benar menyadari bahwa Indonesia sangat kaya dengan keberagaman. Keberagaman tersebut dapat menjadi malapetaka apabila tidak dikelola dengan saling mengenal satu sama lain. 

Itulah yang disaksikan olehnya pada Tahun 1998 lalu. Kesalahpahaman dan saling curiga membuat etnis Tionghoa didiskriminasi dan menjadi golongan yang paling berdampak. 

Pak Azmi Abubakar memandang bahwa etnis Tionghoa sebagai bagian dari Bangsa Indonesia yang turut berkontribusi bagi Indonesia. Bagi Pak Azmi Abubakar, Etnis Tionghoa banyak berkontribusi namun menjadi terlupakan karena stigma terhadap mereka. 

Pandangannya tersebut ia wujudkan dengan mengumpulkan sedikit demi sedikit arsip-arsip bukti kontribusi etnis Tionghoa. Berangsur-angsur, arsip-arsip tersebut terkumpul dan menjadi salah satu koleksi etnis Tionghoa yang paling lengkap di Indonesia.

Berani Berkorban dengan Semangat Cinta Indonesia

Pak Azmi Abubakar prihatin dengan minimnya sumber-sumber sejarah yang menjelaskan kontribusi Tionghoa di Indonesia. Peristiwa tahun ’98 menjadi titik perenungan Pak Azmi Abubakar untuk melakukan sesuatu. 

Ia mulai mengumpulkan koleksi sejarah etnis Tionghoa sejak tahun 1999. Pada tahun 2011, ia mengambil keputusan besar, yakni mengalokasikan pendapatannya untuk membangun sebuah museum dibandingkan mengembangkan bisnis. 

Pengorbanan beliau tidak didasari dengan mencari keuntungan, bahkan menolak bantuan yang ditawarkan oleh pihak lain. Beliau berkontribusi karena kepeduliannya dengan etnis Tionghoa yang seharusnya diingat menjadi bagian dari Indonesia.

Pak Azmi Abubakar melalui kontribusinya menunjukkan bahwa sebagai salah satu bagian dari Indonesia harus menjunjung tinggi Bangsa Indonesia dengan melestarikan budaya yang ada di Indonesia, meskipun bukan merupakan budayanya sendiri.

Pak Azmi Abubakar telah berani mengambil langkah besar, membangun museum dan bertanggungjawab atas pemeliharaan koleksi yang ada dalam museumnya tersebut. 

Seperti tujuan awal ia dibangun, museum ini diharapkan menjadi sumber informasi etnis Tionghoa bagi masyarakat luas. 

Pak Azmi Abubakar membuat museum ini tidak terikat dengan siapapun. Siapapun yang tertarik boleh datang asalkan menjaga arsip yang ada di dalamnya. Ia menggarisbawahi bahwa museum ini adalah harta dan bentuk dedikasinya kepada Indonesia.

Sahabat Beni, sejauh ini apa yang telah kamu lakukan untuk Indonesia? Apakah kamu sudah melakukan sesuatu? Ya…. Ga mesti bikin museum juga, tapi dampak dari tindakan-tindakan kecil yang kamu lakukan sangat berarti menjaga kesatuan Indonesia, lho…

Contohnya, apakah kamu memiliki teman yang berasal dari luar etnismu sendiri? Apakah kalian sudah saling bertukar cerita? Apakah kamu sudah tahu hal-hal penting yang menjadi bagian dari etnisnya? Apakah kamu merasa hal penting itu patut dilestarikan? 

Bagikan pendapatmu di bawah, ya!