Meneladani Azmi Abubakar, Sosok berdarah Aceh Pemelihara Sejarah Tionghoa

Sahabat Beni, kali ini Min-Beni mengajak kamu berkenalan dengan seorang Indonesia yang sangat peduli dengan kekayaan kebhinnekaan bangsanya. 

Beliau bernama Bapak Azmi Abubakar, yang berkontribusi aktif dengan ikut melestarikan arsip dan bukti-bukti sejarah dari masa lalu. Coba tebak, beliau berasal darimana dan bagaimana caranya berkontribusi? 

Orang-orang mengatakan bahwa beliau adalah orang Aceh yang sangat Tionghoa dibandingkan orang Tionghoa itu sendiri.Ya, beliau sangat unik. Beliau lahir dengan darah Gayo, Aceh yang mengalir di tubuhnya, namun memilih berkontribusi dengan membangun sebuah museum yang menyimpan arsip budaya etnis Tionghoa.

Kontribusinya tersebut berawal dari dirinya melihat langsung peristiwa besar yang cukup berdampak kepada etnis Tionghoa pada tahun 1998 silam. Pada peristiwa tersebut, selain orang Tionghoa yang didiskriminasi, dokumen-dokumen mengenai etnis Tionghoa juga turut dimusnahkan.

Pak Azmi Abubakar tergerak membangun museum Peranakan Tionghoa itu agar masyarakat luas mengetahui jejak kontribusi etnis Tionghoa di Indonesia. Ya, harapannya museum ini akan membantu kita untuk mengenal lebih dalam etnis Tionghoa, sehingga tidak ada lagi stigma mereka bukan non-pribumi. 

Museum Pustaka Peranakan Tionghoa  menyimpan koleksi buku-buku, majalah, koran, foto yang diproduksi oleh orang-orang Tionghoa sebelum dan sesudah kemerdekaan.  

Mengenai kontribusi Pak Azmi Abubakar dan penampakan museum beliau, teman-teman pasti banyak temukan dari berbagai sumber website dan Youtube. Jadi, artikel ini tidak akan jauh ke arah itu. 

Untuk melihat video wawancara Pak Azmi Abubakar dan museumnya, klik di sini, ya!

Min-Beni ingin mengajak kamu lebih mengenal karakter beliau untuk dapat diteladani oleh para milenial Sahabat Beni. Dari Pak Azmi Abubakar, para Sabi akan melihat beberapa nilai positif yang menginspirasi, sehingga ada keinginan untuk berkontribusi kepada Indonesia sesuai dengan skill dan potensi yang dimiliki masing-masing. Harapannya sih, begitu ya. Hehe.   

Kesadaran Sebagai Sesama Bagian dari Indonesia

Pak Azmi Abubakar benar-benar menyadari bahwa Indonesia sangat kaya dengan keberagaman. Keberagaman tersebut dapat menjadi malapetaka apabila tidak dikelola dengan saling mengenal satu sama lain. 

Itulah yang disaksikan olehnya pada Tahun 1998 lalu. Kesalahpahaman dan saling curiga membuat etnis Tionghoa didiskriminasi dan menjadi golongan yang paling berdampak. 

Pak Azmi Abubakar memandang bahwa etnis Tionghoa sebagai bagian dari Bangsa Indonesia yang turut berkontribusi bagi Indonesia. Bagi Pak Azmi Abubakar, Etnis Tionghoa banyak berkontribusi namun menjadi terlupakan karena stigma terhadap mereka. 

Pandangannya tersebut ia wujudkan dengan mengumpulkan sedikit demi sedikit arsip-arsip bukti kontribusi etnis Tionghoa. Berangsur-angsur, arsip-arsip tersebut terkumpul dan menjadi salah satu koleksi etnis Tionghoa yang paling lengkap di Indonesia.

Berani Berkorban dengan Semangat Cinta Indonesia

Pak Azmi Abubakar prihatin dengan minimnya sumber-sumber sejarah yang menjelaskan kontribusi Tionghoa di Indonesia. Peristiwa tahun ’98 menjadi titik perenungan Pak Azmi Abubakar untuk melakukan sesuatu. 

Ia mulai mengumpulkan koleksi sejarah etnis Tionghoa sejak tahun 1999. Pada tahun 2011, ia mengambil keputusan besar, yakni mengalokasikan pendapatannya untuk membangun sebuah museum dibandingkan mengembangkan bisnis. 

Pengorbanan beliau tidak didasari dengan mencari keuntungan, bahkan menolak bantuan yang ditawarkan oleh pihak lain. Beliau berkontribusi karena kepeduliannya dengan etnis Tionghoa yang seharusnya diingat menjadi bagian dari Indonesia.

Pak Azmi Abubakar melalui kontribusinya menunjukkan bahwa sebagai salah satu bagian dari Indonesia harus menjunjung tinggi Bangsa Indonesia dengan melestarikan budaya yang ada di Indonesia, meskipun bukan merupakan budayanya sendiri.

Pak Azmi Abubakar telah berani mengambil langkah besar, membangun museum dan bertanggungjawab atas pemeliharaan koleksi yang ada dalam museumnya tersebut. 

Seperti tujuan awal ia dibangun, museum ini diharapkan menjadi sumber informasi etnis Tionghoa bagi masyarakat luas. 

Pak Azmi Abubakar membuat museum ini tidak terikat dengan siapapun. Siapapun yang tertarik boleh datang asalkan menjaga arsip yang ada di dalamnya. Ia menggarisbawahi bahwa museum ini adalah harta dan bentuk dedikasinya kepada Indonesia.

Sahabat Beni, sejauh ini apa yang telah kamu lakukan untuk Indonesia? Apakah kamu sudah melakukan sesuatu? Ya…. Ga mesti bikin museum juga, tapi dampak dari tindakan-tindakan kecil yang kamu lakukan sangat berarti menjaga kesatuan Indonesia, lho…

Contohnya, apakah kamu memiliki teman yang berasal dari luar etnismu sendiri? Apakah kalian sudah saling bertukar cerita? Apakah kamu sudah tahu hal-hal penting yang menjadi bagian dari etnisnya? Apakah kamu merasa hal penting itu patut dilestarikan? 

Bagikan pendapatmu di bawah, ya!

Mengenal Kekerasan Seksual

Sahabat Beni, mungkin kalian tidak asing dengan istilah yang satu ini. Istilah “kekerasan seksual” yang sering kita temukan dan dengarkan dari berbagai platform beberapa tahun terakhir. Beberapa di antaranya adalah NWR yang bunuh diri karena menjadi korban kekerasan seksual oleh pacarnya, dan kasus HW yang dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman seumur hidup pada 15 Februari lalu.

Masih banyak sekali contoh berita mengenai kekerasan seksual yang kita temukan sehari-hari. Namun, apakah para Sahabat Beni sudah mengetahui apa sebenarnya kekerasan seksual itu? Pembahasan kali ini akan mencoba mendefinisikan kekerasan seksual, dampak dan bagaimana kita menyikapinya.

Kekerasan Seksual itu apa, sih?

Menurut WHO (World Health Organization), kekerasan seksual adalah seluruh tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan tujuan seksual; komentar atau rayuan seksual yang tidak diinginkan; atau tindakan yang memperdagangkan atau cara lainnya terhadap seksualitas seseorang menggunakan paksaan oleh siapapun tanpa memandang hubungannya dengan korban (WHO, 2017).

Menurut Komnas Perempuan, kekerasan seksual adalah setiap perbuatan merendahkan, menghina, menyerang dan/atau tindakan lainnya terhadap tubuh terkait dengan nafsu perkelaminan, hasrat seksual seseorang, dan/atau fungsi reproduksi, secara paksa, bertentangan dengan kehendak seseorang, dan/atau tindakan lain yang menyebabkan seseorang itu tidak mampu memberikan persetujuan dalam keadaan bebas, karena ketimpangan relasi kuasa, relasi gender dan/atau sebab lain, yang berakibat atau dapat berakibat penderitaan atau kesengsaraan terhadap secara fisik, psikis, seksual, kerugian secara ekonomi, sosial, budaya dan/atau politik. 

Waduh, kalau soal perdefinisian begini ternyata lumayan sulit dimengerti juga ya, Sahabat Beni. Yaudah deh, jangan nge-ghosting dulu (kayak si dia), Sahabat Beni. Min-Beni coba jelaskan lebih singkat dan mudah dimengerti, ya…

Singkatnya, kekerasan seksual adalah tindakan seksual yang dilakukan tanpa persetujuan kedua belah pihak. Oleh karena tidak berdasarkan persetujuan, pastinya ada unsur pemaksaan dan relasi kuasa yang dilakukan secara sepihak dan menyerang pihak lain.

Akhirnya, tindakan pemaksaan tersebut akan merugikan salah satu pihak (dalam hal ini adalah korban), baik rugi secara material, imaterial, fisik, psikis dan lainnya.

Adapun jenis-jenis kekerasan seksual dibagi menjadi 15 bentuk, yaitu: pelecehan seksual, eksploitasi seksual, perbudakan seksual, intimidasi seksual, penghukuman bernuansa seksual, penyiksaan seksual, perkosaan, pemaksaan kehamilan, praktik tradisi, pemaksaan kontrasepsi, prostitusi paksa, pemaksaan aborsi dan kontrol seksual. Selengkapnya dapat di cek di sini!

Dari 15 bentuk kekerasan seksual di atas, perkosaan adalah jenis kekerasan seksual yang sering kita dengar dari berbagai media. Padahal, sebenarnya banyak sekali contoh tindakan kekerasan seksual yang sering kita temui di lingkungan sekitar kita. 

Seperti kita digodain sama segerombolan laki-laki ketika berjalan sendirian ke warung, atau percakapan yang mengarah ke arah seksual yang bikin kita ga nyaman dalam circle pertemanan kita. Termasuk juga ketika foto kita dikomentari dengan komentar yang tidak pantas di media sosial.  

Contoh-contoh kecil yang masih sering kita temukan di lingkungan sekitar kita menunjukkan bahwa kekerasan seksual sangat banyak terjadi, dan semua orang berpotensi menjadi pelaku dan korban.

Indonesia Darurat Kekerasan Seksual

Dikutip dari pernyataan Komnas Perempuan di Kompas.com pada 12 Januari 2022 lalu, sebanyak 3 perempuan Indonesia mengalami kekerasan seksual setiap 2 jam setiap harinya. Pernyataan tersebut berdasarkan laporan yang terus meningkat diterima oleh Komnas Perempuan sejak tahun 2019 hingga saat ini.

Sangat mengkhawatirkan, ya, Sahabat Beni. Min Beni yakin, kasus yang tidak terlapor tentu tidak kalah banyaknya. Ditambah lagi, mayoritas korban kekerasan seksual adalah anak-anak dan perempuan. 

Dua kelompok rentan ini (red: perempuan dan anak-anak) sering menjadi korban kekerasan seksual karena dianggap lemah dan mudah dimanipulasi. Meskipun tidak semua, namun begitulah realita yang sering terjadi.

Min Beni dalam Menanggapi Kekerasan Seksual

Menurut Min Beni, kekerasan seksual merupakan perbuatan yang sangat merugikan korban. Korban kekerasan seksual di antaranya dapat mengalami trauma secara seksual, gangguan fungsi reproduksi, luka secara fisik, stigma dalam masyarakat hingga trauma berkepanjangan (mappifhui.org).

Akibat dari kekerasan seksual ini tentu saja menjadi penghambat korbannya untuk menjalani kehidupannya dengan baik. Bisa jadi mereka mengurung diri di kamar karena takut keluar rumah, mereka berkeinginan menyakiti diri sendiri bahkan bunuh diri karena merasa malu dengan dirinya sendiri, dan tindakan buruk lainnya. 

Dampak traumatis tersebut tentunya berimbas terhadap keterlibatan aktif mereka di lingkungan sekitarnya. Mereka tidak ingin sekolah, tidak ingin bergabung kegiatan ekstrakurikuler, atau bahkan tidak memiliki keinginan untuk bertemu dengan orang lain.

Akhirnya, mereka tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensi mereka atau bahkan mengubur impian mereka dalam-dalam karena trauma yang mereka rasakan.  

 Menyedihkan, bukan? 

Di samping itu, pelaku kekerasan seksual adalah orang-orang yang tidak menghormati hak asasi sesamanya. Sebagai manusia dan warga negara, ia seharusnya memiliki kesadaran penuh untuk menjaga harkat martabat dirinya sendiri dan orang lain. 

Melakukan tindakan-tindakan yang merugikan dan menyakiti orang lain merupakan salah satu contoh bahwa pelaku kekerasan seksual adalah orang-orang yang tidak bertanggungjawab.

Oleh karena itu, sebagai warga negara, pelaku kekerasan seksual berhak dihukum karena perbuatannya tersebut. Sahabat Beni jangan sampai jadi pelaku atau korban kekerasan seksual, ya! 

Pengentasan Kekerasan Seksual Harus dilakukan oleh Kita Semua

Tentu saja dalam pengentasan permasalahan ini pemerintah dan berbagai pihak lainnya sudah melakukan banyak hal. Namun, semua masalah akan segera selesai apabila adanya saling dukung dan bekerjasama oleh berbagai pihak. Baik pemerintah dan kita sebagai pelajar perlu terlibat aktif agar kekerasan seksual tidak lagi terjadi dan menimpa kita semua.

Pemerintah pastinya semakin memperbaiki regulasi agar dapat memberikan perlindungan hukum yang baik untuk korban kekerasan seksual, sedangkan pelaku harus ditindak tegas dengan memberikan hukuman yang adil dan setimpal.

Sebagai warga negara, kita harus turut andil untuk mengatasi masalah ini. Kita dapat melakukan hal-hal kecil terlebih dahulu. Ingat, Sahabat Beni. Hal-hal yang besar lahir dari hal-hal yang kecil. 

Sebagai pelajar, kita harus berpegang teguh dengan nilai bahwa semua orang berhak merasakan keamanan dan bebas dari ketakutan dan ancaman. Kita juga harus memahami, bahwa apapun tindakan kita harus dilandasi dengan penghormatan dan tanggungjawab atas diri sendiri dan orang lain.

Semoga hal-hal buruk tidak menimpa Sahabat Beni dimana pun berada, ya!

Merayakan Valentine’s Day Ala Milenial Beneran Indonesia

14 Februari 2022

Tentu kita semua tidak asing dengan Valentine’s day atau disebut sebagai Hari Kasih Sayang. Peringatan hari yang identik dengan memberikan hadiah kepada orang yang disayang, a.k.a teman dekat, pacar, gebetan, si “pengagum rahasia” kepada sosok yang dikaguminya, dan seterusnya. Hadiah yang diberikan biasanya berupa makanan coklat, bunga, dan pemberian hadiah bernuansa romantis lainnya. 

Di Indonesia, selain dirayakan, valentine’s day juga masih sering menjadi perbincangan kontroversial. Di beberapa daerah juga ditemukan pelarangan untuk merayakannya, seperti Aceh, Jawa Barat, Gresik, dan beberapa daerah lainnya mengeluarkan surat larangan resmi terkait pelarangan dirayakannya valentine’s day.

Pelarangan merayakan Valentine’s day sebenarnya bukan hal baru di Indonesia. Dilatarbelakangi dengan penggunaan istilah bahasa asing, tentu saja Valentine’s day dipandang bukan termasuk budaya Indonesia. Istilah asing pun berujung kepada stigma lain, seperti perayaan yang mengarah kepada pergaulan bebas, perzinaan dan berbagai dugaan lainnya.

Namun, terlepas dari perbincangan pro dan kontra, artikel Benipedia kali ini akan menjelaskan beberapa tradisi di Indonesia yang memiliki kesamaan dengan perayaan valentine’s day; Kesamaan dalam mengekspresikan kasih-sayang dengan saling memberi satu sama lain.

Tradisi Saling Memberi Sebagai Ekspresi Kasih Sayang di Indonesia

Para Sabi tahu nggak, kalau tradisi saling memberi dan berbagi adalah tradisi yang tertanam kuat dalam budaya masyarakat Indonesia? Bagaimana tidak, yuk kita simak penjelasannya! 

Para Sabi pernah gak ketika bulan Ramadhan, dimintai tolong oleh Ibu untuk mengantarkan makanan ke tetangga sebelah rumah? Jika pernah, kita sama. Min-blog Beni juga pernah nih, nganterin makanan, lalu ketika perjalanan pulang makanannya dicuil dikiiitt, hihi. Lalu sampai rumah ngakunya masih puasa, hehe. Jangan ditiru, ya Sahabat Beni.

Nah, jika para Sabi belum pernah mengalami, para Sabi bisa nonton drama Korea judulnya Reply 1988, biar ngerasain vibe nganterin makanan ke tetangga kayak apa, hihi…

Tradisi saling berbagi makanan ini ternyata tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia, loh, para Sabi. Sebut saja tradisi Ngejot di Bali, Nganteuran di masyarakat Sunda, Munjung di Jawa Barat dan Jawa Tengah, dan tradisi Weh-wehan di Kaliwungu, Kendal 

Tradisi Ngejot di Bali berupa tradisi saling mengantar makanan di hari perayaan keagamaan masyarakat setempat. Seperti para Sabi ketahui, Provinsi Bali memiliki mayoritas penduduk beragama Hindu. Namun demikian, mereka memiliki tradisi Ngejot untuk menjalin persaudaraan dengan tetangganya yang tidak beragama Hindu. 

Tradisi Ngejot dilakukan secara bergantian sesuai dengan hari perayaan keagamaan penduduk setempat. Umat hindu melakukan tradisi Ngejot ketika hari raya Nyepi, Galungan, dan Kuningan. Umat Islam di Bali melakukannya pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, dan umat Kristen melakukannya pada hari raya Natal. Indah sekali, bukan? 

Tradisi Ngejot ini menunjukkan bahwa tradisi saling memberi menjadi salah satu upaya untuk merawat harmoni persaudaraan dan kerukunan antar umat beragama. Meskipun berbeda agama dan kepercayaan, mereka tetap dapat saling berbagi dan memberi satu sama lain.  

Begitu pula dengan tradisi Nganteuran di suku Sunda. Tradisi Nganteuran dan Munjung berupa tradisi saling mengunjungi sambil menghantar makanan ke rumah tetangga dan saudara. Tradisi ini biasanya dilakukan di akhir bulan Ramadan. 

Ketika sore di hari akhir Bulan Ramadan, masyarakat setempat mengunjungi rumah tetangga dan kerabat, dan membawa hidangan seperti ketupat, opor ayam dan sejenisnya. Kemudian ketika mereka pulang, mereka akan dibekali hidangan yang dimasak oleh penghuni rumah yang dikunjungi tersebut.

Tradisi Weh-wehan juga hampir sama, yakni tradisi saling bertukar makanan di Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah. Perbedaannya terletak pada waktu pelaksanaannya. Tradisi Weh-wehan dilakukan ketika perayaan maulid Nabi Muhammad saw. 

 Di samping itu, para Sabi tentunya tidak asing lagi dengan perayaan hari besar di Indonesia yang juga dihiasi dengan tradisi saling memberi satu sama lain. Hari raya Idul Fitri, Imlek, Natal, perayaan pernikahan, dan kematian dihiasi dengan saling memberi hadiah dalam bentuk yang beragam.

Saling beri THR (Tunjangan Hari Raya) ketika Idul Fitri datang, memberi Angpao ketika Imlek, saling memberi kado di hari Natal, dan pada kesempatan lainnya. Di era digital ini, kita pastinya sangat akrab dengan saling memberi hampers.

Tradisi saling memberi di atas tidak lain adalah perwujudan kepedulian, welas asih, saling melengkapi, menjalin persaudaraan dan tentunya agar mencapai kebersamaan dan kekeluargaan.

Tips Merayakan Valentine’s day 

Begitu pula dengan tradisi Valentine’s day, ia dirayakan untuk menunjukkan rasa kepedulian dan kasih sayang satu sama lain. Tetapi, para Sabi tentu saja memiliki hak masing-masing menentukan apakah ingin ikut merayakan atau tidak. 

Di momen Hari Kasih Sayang ini, Beni akan berbagi tips merayakan Valentine’s day ala Sahabat Beneran Indonesia, nih…Check it out!

  1. Valentine’s day tidak terbatas ngasih kado ke pacar, kok!

Para Sabi yang ingin merayakan hari valentine’s day tapi ga punya pacar? Siapa bilang ga bisa? Merayakan hari valentine bersama keluarga bisa banget loh… Seperti namanya, hari kasih sayang bisa banget diekspresikan kepada keluarga dan orang-orang terdekat lainnya. Selain saling ngasih kado, kalian bisa sekedar berkumpul dan saling mengobrol, bertanya kabar dan bertukar cerita bagaimana perjalanan kita akhir-akhir ini.

Selain itu, melakukan aktivitas bersama, seperti memasak bersama, berkebun atau berbenah rumah bersama bisa banget menjadi pilihan kegiatan di hari kasih sayang. Jadi, tidak hanya terbatas memberikan sesuatu kepada pacar atau gebetan. Hari kasih sayang bisa dijadikan momen untuk berkumpul dan menjalin kembali keeratan kekeluargaan kita.

  1. Hati-hati terjebak ke dalam budaya konsumtif

Min-Beni tahu, kalau para Sabi ingin memberikan kado terbaik untuk mereka yang tersayang. Para Sabi mungkin sudah memikirkan jauh-jauh hari kado apa yang ingin dibelikan untuk mereka. Namun, hati-hati dengan budaya konsumtif yang berlebihan.

Budaya konsumtif ini menjebak kamu banyak membeli sesuatu karena tergiur diskon atau hal lain, padahal kamu membeli barang yang tidak terlalu bermanfaat untuk dirimu. Kamu akhirnya tidak menggunakan barang itu, dan nilai barang itu semakin menurun.

Saat ini, produk tertentu seperti coklat menjadi barang yang paling diminati. Banyak pula diskon diberlakukan agar barang ini semakin laris. Inget, ya Sabi. Sesuatu yang berlebihan tidak pernah berakhir baik. Selain uang sakumu habis sia-sia, juga akan berdampak kepada kesehatan orang yang kamu sayangi. Dia bisa mengalami sakit gigi, atau diabetes karena coklat dari kamu!    

  1. Valentine’s day tidak hanya sebatas memberi coklat!

Para Sabi, merayakan hari Kasih Sayang tidak melulu harus memberikan coklat kepada orang di sekelilingmu. Cobalah beralih memberikan sesuatu sesuai kebutuhan orang yang kamu beri. Selain itu, lebih baik kamu memberikan sesuatu yang berguna dalam kehidupan sehari-harinya. Misalnya jam weker agar si dia disiplin bangun pagi.

  1. Merayakan Valentine’s day dengan peduli masyarakat sekitarmu!  

Para Sabi, sudahkah kamu menyapa tetangga hari ini? Apakah kamu sudah menanyakan kabarnya? Yuk, kita budayakan kembali senyum, salam dan sapa untuk lebih mengenal tetanggamu. Kembali akrab dan tanyakan bagaimana keadaan mereka selama pandemi ini.

Demikian tulisan Benipedia kali ini. Perayaan Valentine’s day versi para Sabi gimana?

Kilas Balik Perjalanan Beni, Yuk

 

11 Februari 2022

Halo, Sabi! Kenalin, Beni punya banyak hal baru, loh dalam perjalanan kali ini. Para Sabi siap-siap aja kalau blog Beni bakal diramaikan dengan tulisan-tulisan yang uptodate dan keren dong, pastinya. Kita mulai dengan membuat kilas balik kegiatan Beni dalam dua tahun terakhir ini, ya… 

Membumikan nilai-nilai Kewarganegaraan

Adanya Beni memang berawal dari keprihatinan dan keinginan untuk berbuat sesuatu. Keadaan Indonesia yang tampak tidak baik-baik saja membuat Kak Oka dan Kak Avia kompak untuk terus berjalan bersama dan melakukan berbagai hal bersama Beni. Tentu saja mereka tidak berdua, banyak sosok-sosok lain yang turut membersamai perjalanan Beni selama ini. 

Para Sabi mungkin sudah tahu, bagaimana Beni diupayakan untuk membumikan nilai-nilai kewarganegaraan dengan cara yang akrab dan menyenangkan. Beni banyak mempertemukan Para Sabi dalam kegiatan Volunteer Now, Aku Cinta Indonesia, Creating For Impact, Gue Pilih Peduli, dan lainnya. 

Semua pertemuan ini kita hadiri dengan sukacita dan harapan mendalam untuk Indonesia yang lebih baik ke depannya. Namun, bukan namanya perjalanan jika tidak ada onak yang menghalangi. Mungkin tidak sesederhana itu. Ia mungkin bukan penghalang, melainkan ragam bumbu agar perjalanan itu lebih dinikmati, lebih terasa perjuangannya.

Kegiatan-Kegiatan Selama Pandemi

Awal 2020, pertualangan baru berawal. Ketika dunia dilanda pandemi yang mengancam nyawa kita semua, Beni harus mengurungkan niat untuk membuka kembali ruang jumpa. Demi kita agar aman bersama, Beni tidak lagi melakukan kegiatan-kegiatan tatap muka. Bagaimana pun, kita harus mematuhi protokol kesehatan agar penyebaran virus tidak masif dan merenggut nyawa.   

Namun demikian, tentu saja Beni tidak bisa diam saja. Beni ikut aktif berperan membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan karena  PPKM diberlakukan. Beni membuat program bernama PPKM Help untuk menyalurkan bantuan sembako dan pinjaman tanpa bunga. Beni juga sempat memberikan apresiasi kepada nakes yang bersusah payah di garda terdepan melawan pandemi virus Covid-19, serta membantu pengadaan alat pelindung diri (APD) bersama Volunteer Now.

Lebih menggembirakan lagi, Beni berhasil mempertemukan para Sabi dari berbagai daerah melalui sederet webinar kebangsaan. Para Sabi juga banyak dilibatkan dalam acara seperti Indonesian Dream Festival dan Creating For Impact. Tidak lupa juga, Beni turut berkolaborasi dengan Jangkau dalam mendistribusikan 1000 gawai kepada anak generasi damai.

Oleh karena peran aktifnya tersebut, Beni menarik perhatian 2 orang mahasiswa UPI untuk meneliti Beni dan diterbitkan dalam paper akademis. Beni juga diliput oleh salah satu stasiun TV swasta, lho… Di samping itu, Kak Avia juga diberi kesempatan menjadi bagian dalam tim fasilitator nasional dalam Pusat Penguatan Karakter Kemendikbudristek.

Melewati Keterbatasan dan Halangan 

Tetapi, para Sabi pasti belum tahu di sela-sela semua kegiatan di atas Instagram Beni hampir saja diambil alih oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Untungnya, masalah tersebut teratasi dan akhirnya Instagram Beni masih ada sampai sekarang dan terus update hal-hal baru. Pantengin terus, ya

Perjalanan Beni sejauh ini menunjukkan bahwa banyak sekali cara untuk aktif dan berkontribusi meskipun ditemukan keterbatasan dan halangan yang dihadapi. Semua itu menunjukkan bagaimana kita harus mahir menyusun rencana pokok lalu menyediakan rencana alternatif lain sehingga langkah kita tidak berhenti dengan rencana yang tidak mungkin dieksekusi. Selama tujuan dapat dicapai dengan baik dan benar, tentu saja banyak yang bisa dilakukan. 

Pantang menyerah, inovatif, kolaboratif dan kontributif adalah beberapa nilai yang ingin ditransformasikan Beni kepada para Sabi dan anak muda Indonesia. Dengan hal-hal yang telah dan akan dilakukan, bersama kita yakin Beni akan terus bertumbuh dan membersamai kalian.

Tim baru, Harapan Baru

Pada November 2021, Beni mulai mengadakan rekrutmen tim baru yang diharapkan dapat bergerak lebih solid ke depannya. Saat ini Beni akhirnya diisi oleh orang-orang yang benar-benar passionate dalam pekerjaan mereka. Beni akan terus menemani para Sabi dengan rancangan kegiatan dan kejutan-kejutan lainnya yang telah mereka siapkan.

Di tahun 2022 ini,  Beni sudah siap dengan inovasi kegiatan yang seru baik berbasis offline dan online. Akan banyak juga konten di media sosial Beni yang akan mengisi 2022 kamu. Jadi, para Sabi udah siap? Harus siap, dong. Yuk, jadi pemuda cakap dan kolaboratif. Stay tune, ya…!