14 Februari 2022
Tentu kita semua tidak asing dengan Valentine’s day atau disebut sebagai Hari Kasih Sayang. Peringatan hari yang identik dengan memberikan hadiah kepada orang yang disayang, a.k.a teman dekat, pacar, gebetan, si “pengagum rahasia” kepada sosok yang dikaguminya, dan seterusnya. Hadiah yang diberikan biasanya berupa makanan coklat, bunga, dan pemberian hadiah bernuansa romantis lainnya.
Di Indonesia, selain dirayakan, valentine’s day juga masih sering menjadi perbincangan kontroversial. Di beberapa daerah juga ditemukan pelarangan untuk merayakannya, seperti Aceh, Jawa Barat, Gresik, dan beberapa daerah lainnya mengeluarkan surat larangan resmi terkait pelarangan dirayakannya valentine’s day.
Pelarangan merayakan Valentine’s day sebenarnya bukan hal baru di Indonesia. Dilatarbelakangi dengan penggunaan istilah bahasa asing, tentu saja Valentine’s day dipandang bukan termasuk budaya Indonesia. Istilah asing pun berujung kepada stigma lain, seperti perayaan yang mengarah kepada pergaulan bebas, perzinaan dan berbagai dugaan lainnya.
Namun, terlepas dari perbincangan pro dan kontra, artikel Benipedia kali ini akan menjelaskan beberapa tradisi di Indonesia yang memiliki kesamaan dengan perayaan valentine’s day; Kesamaan dalam mengekspresikan kasih-sayang dengan saling memberi satu sama lain.
Tradisi Saling Memberi Sebagai Ekspresi Kasih Sayang di Indonesia
Para Sabi tahu nggak, kalau tradisi saling memberi dan berbagi adalah tradisi yang tertanam kuat dalam budaya masyarakat Indonesia? Bagaimana tidak, yuk kita simak penjelasannya!
Para Sabi pernah gak ketika bulan Ramadhan, dimintai tolong oleh Ibu untuk mengantarkan makanan ke tetangga sebelah rumah? Jika pernah, kita sama. Min-blog Beni juga pernah nih, nganterin makanan, lalu ketika perjalanan pulang makanannya dicuil dikiiitt, hihi. Lalu sampai rumah ngakunya masih puasa, hehe. Jangan ditiru, ya Sahabat Beni.
Nah, jika para Sabi belum pernah mengalami, para Sabi bisa nonton drama Korea judulnya Reply 1988, biar ngerasain vibe nganterin makanan ke tetangga kayak apa, hihi…
Tradisi saling berbagi makanan ini ternyata tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia, loh, para Sabi. Sebut saja tradisi Ngejot di Bali, Nganteuran di masyarakat Sunda, Munjung di Jawa Barat dan Jawa Tengah, dan tradisi Weh-wehan di Kaliwungu, Kendal.
Tradisi Ngejot di Bali berupa tradisi saling mengantar makanan di hari perayaan keagamaan masyarakat setempat. Seperti para Sabi ketahui, Provinsi Bali memiliki mayoritas penduduk beragama Hindu. Namun demikian, mereka memiliki tradisi Ngejot untuk menjalin persaudaraan dengan tetangganya yang tidak beragama Hindu.
Tradisi Ngejot dilakukan secara bergantian sesuai dengan hari perayaan keagamaan penduduk setempat. Umat hindu melakukan tradisi Ngejot ketika hari raya Nyepi, Galungan, dan Kuningan. Umat Islam di Bali melakukannya pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, dan umat Kristen melakukannya pada hari raya Natal. Indah sekali, bukan?
Tradisi Ngejot ini menunjukkan bahwa tradisi saling memberi menjadi salah satu upaya untuk merawat harmoni persaudaraan dan kerukunan antar umat beragama. Meskipun berbeda agama dan kepercayaan, mereka tetap dapat saling berbagi dan memberi satu sama lain.
Begitu pula dengan tradisi Nganteuran di suku Sunda. Tradisi Nganteuran dan Munjung berupa tradisi saling mengunjungi sambil menghantar makanan ke rumah tetangga dan saudara. Tradisi ini biasanya dilakukan di akhir bulan Ramadan.
Ketika sore di hari akhir Bulan Ramadan, masyarakat setempat mengunjungi rumah tetangga dan kerabat, dan membawa hidangan seperti ketupat, opor ayam dan sejenisnya. Kemudian ketika mereka pulang, mereka akan dibekali hidangan yang dimasak oleh penghuni rumah yang dikunjungi tersebut.
Tradisi Weh-wehan juga hampir sama, yakni tradisi saling bertukar makanan di Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah. Perbedaannya terletak pada waktu pelaksanaannya. Tradisi Weh-wehan dilakukan ketika perayaan maulid Nabi Muhammad saw.
Di samping itu, para Sabi tentunya tidak asing lagi dengan perayaan hari besar di Indonesia yang juga dihiasi dengan tradisi saling memberi satu sama lain. Hari raya Idul Fitri, Imlek, Natal, perayaan pernikahan, dan kematian dihiasi dengan saling memberi hadiah dalam bentuk yang beragam.
Saling beri THR (Tunjangan Hari Raya) ketika Idul Fitri datang, memberi Angpao ketika Imlek, saling memberi kado di hari Natal, dan pada kesempatan lainnya. Di era digital ini, kita pastinya sangat akrab dengan saling memberi hampers.
Tradisi saling memberi di atas tidak lain adalah perwujudan kepedulian, welas asih, saling melengkapi, menjalin persaudaraan dan tentunya agar mencapai kebersamaan dan kekeluargaan.
Tips Merayakan Valentine’s day
Begitu pula dengan tradisi Valentine’s day, ia dirayakan untuk menunjukkan rasa kepedulian dan kasih sayang satu sama lain. Tetapi, para Sabi tentu saja memiliki hak masing-masing menentukan apakah ingin ikut merayakan atau tidak.
Di momen Hari Kasih Sayang ini, Beni akan berbagi tips merayakan Valentine’s day ala Sahabat Beneran Indonesia, nih…Check it out!
- Valentine’s day tidak terbatas ngasih kado ke pacar, kok!
Para Sabi yang ingin merayakan hari valentine’s day tapi ga punya pacar? Siapa bilang ga bisa? Merayakan hari valentine bersama keluarga bisa banget loh… Seperti namanya, hari kasih sayang bisa banget diekspresikan kepada keluarga dan orang-orang terdekat lainnya. Selain saling ngasih kado, kalian bisa sekedar berkumpul dan saling mengobrol, bertanya kabar dan bertukar cerita bagaimana perjalanan kita akhir-akhir ini.
Selain itu, melakukan aktivitas bersama, seperti memasak bersama, berkebun atau berbenah rumah bersama bisa banget menjadi pilihan kegiatan di hari kasih sayang. Jadi, tidak hanya terbatas memberikan sesuatu kepada pacar atau gebetan. Hari kasih sayang bisa dijadikan momen untuk berkumpul dan menjalin kembali keeratan kekeluargaan kita.
- Hati-hati terjebak ke dalam budaya konsumtif
Min-Beni tahu, kalau para Sabi ingin memberikan kado terbaik untuk mereka yang tersayang. Para Sabi mungkin sudah memikirkan jauh-jauh hari kado apa yang ingin dibelikan untuk mereka. Namun, hati-hati dengan budaya konsumtif yang berlebihan.
Budaya konsumtif ini menjebak kamu banyak membeli sesuatu karena tergiur diskon atau hal lain, padahal kamu membeli barang yang tidak terlalu bermanfaat untuk dirimu. Kamu akhirnya tidak menggunakan barang itu, dan nilai barang itu semakin menurun.
Saat ini, produk tertentu seperti coklat menjadi barang yang paling diminati. Banyak pula diskon diberlakukan agar barang ini semakin laris. Inget, ya Sabi. Sesuatu yang berlebihan tidak pernah berakhir baik. Selain uang sakumu habis sia-sia, juga akan berdampak kepada kesehatan orang yang kamu sayangi. Dia bisa mengalami sakit gigi, atau diabetes karena coklat dari kamu!
- Valentine’s day tidak hanya sebatas memberi coklat!
Para Sabi, merayakan hari Kasih Sayang tidak melulu harus memberikan coklat kepada orang di sekelilingmu. Cobalah beralih memberikan sesuatu sesuai kebutuhan orang yang kamu beri. Selain itu, lebih baik kamu memberikan sesuatu yang berguna dalam kehidupan sehari-harinya. Misalnya jam weker agar si dia disiplin bangun pagi.
- Merayakan Valentine’s day dengan peduli masyarakat sekitarmu!
Para Sabi, sudahkah kamu menyapa tetangga hari ini? Apakah kamu sudah menanyakan kabarnya? Yuk, kita budayakan kembali senyum, salam dan sapa untuk lebih mengenal tetanggamu. Kembali akrab dan tanyakan bagaimana keadaan mereka selama pandemi ini.
Demikian tulisan Benipedia kali ini. Perayaan Valentine’s day versi para Sabi gimana?